Dunia itu...

  • "Kita akan jalan-jalan ke bukit dekat pesantren kita itu. Ada sesuatu yang ingin bapak sampaikan di tempat itu." Ajak kyai Ma'ruf kepada murid-muridnya. Mendengar ajakan tersebut, semua muridnya menyambut dengan suka cita. "Horeee!", ucap Abdul.

    "Yes! Yes!", Pratama seraya menjawab.
    "Asyiiik!", timpal Firdaus
    "Cihuuuy, kita belajar di luar.", tambah Rafi.


    Sesampainya di goa."Nah kita sudah sampai goa ini panjangnya sekitar 300 meter dan mempunyai jalan tembus ke sisi yang lain. Beberapa dari kalian akan bapak minta untuk masuk ke dalam dan mengambil sesuatu." Terpilihlah Alfarisy, Sandya, Rahman dan Aman. Kyai berkata,"Kalian adalah murid-murid yang pemberani. Kalian akan masuk ke dalam mewakili teman-teman kalian. Di dalam sana gelap. Kalian akan masuk tanpa membawa lampu atau senter. Kalian akan membawa karung masing-masing. Tugas kalian adalah mengambil apapun yang kalian temukan di dalam itu. Kalian keluar lewat jalan tembus ke belakang bukit ini. Bapak tunggu di sana." "Kira-kira di dalam sana ada apa ya?", tanya Alfarisy pada yang lain.
    "Wah..mana aku tahu.",jawab Sandya
    "Man, kamu dengar kata Pak Kyai tadi? Kita ini murid-murid pemberani. Hehehe..", tanya Aman.
    "Iya. Padahal sama kecoa aja kita takut. Hehehe.." jawab Rahman. "Ayo, berjuang teman-teman!", Abdul menyemangati.
    "Hati-hati di dalam!", tambah Firdaus " Ya ampun gelap banget!", seru Alfarisiy.
    "Gak kelihatan, bro.", sahut Sandya.
    "Kalo gini gimana kita bisa nemuin sesuatu?" Tanya Aman.
    "Diraba aja.", saran Rahman.

    Sepanjang lorong goa, mereka tersandung. Pantas saja karena mereka tidak ada bantuan cahaya sehingga tidak dapat melihat. " Ingat pesan pak kyai! Apa yang kita temuin di dalam disuruh ambil.", Alfarisy mengingatkan.
    "Tapi di sini cuma ada batu-batu. Gak ada gunanya.", jawab Sandya.
    "Dibawa juga percuma, nyusahin aja.", kata Aman.
    "Mungkin benda yang pak kyai suruh ambil udah gak ada atau udah diambil orang lain.", tambah Rahman curiga.

    17 menit kemudian.. "Hah huh hah huh Alhamdulillah akhirnya keluar juga untung cuma dibawain karung satu kalau dua bisa habis tenagaku.", keluh Alfarisy.
    "Akhirnya, keluar juga.", ucap Rahman bahagia.

  • "Pak kyai, di dalam cuma ada batu, nggak ada benda lain. Jadi, cuma ini yang saya ambil.", lapor Alfarisy.
    "Pak kyai , di dalam semuanya batu. Jadi, kami nggak ambil.", Aman juga melaporkan. "Nah sekarang coba tunjukkan apa aja yang kalian bawa dari dalam.", pak kyai menyuruh keempat muridnya.
    " Hah.. ba..batunya!", ujar Alfarisy terkejut.
    "Batunya kenapa, fa?", tanya Sandya.
    "Batunya kuning berkilau. Ini bukan batu. Ini emas!", seru Alfarisy.
    "Jadi batu-batu itu sebenarnya emas?", tanya Sandya.
    "Iya, emas beneran.", jawab Alfarisy.
    "Waduh.. Kirain batu biasa ya. Makanya aku nggak ambil.", jawab Rahman.
    "Coba saja ku ambil lebih banyak, pasti aku lebih untung.", gumam Aman.
    "Aduh nyesel juga cuma ngambil sedikit.", sesal Sandya.

    Ketiganya pun menyesal. Sampai-sampai ada yang saling menyalahkan."Gara-gara kamu aku jadi nggak dapat.", Aman menyalahkan Rahman. "Salah sendiri ikut-ikutan.", mendengar hal itu Rahman segera menjawab.

    Pak Kyai menjelaskan,"Itulah pelajaran yang bisa kalian ambil. Sesungguhnya, dunia itu gelap dan menipu. Sama seperti lorong gua yang gelap, di dalamnya kamu tidak dapat melihat apa-apa. Kamu hanya bisa mengenali sesuatu dengan apa yang kamu rasakan. Sehingga batu-batu yang kalian anggap tidak berguna tanpa kalian sadari sesungguhnya itu adalah emas." Semua muridnya mendengarkan dengan seksama.

    Lagi, kyai Ma'ruf menuturkan dengan bijak,"Orang yang mengambil banyak akan merasa dia masih kurang. Orang yang mengambil sedikit akan menyesal karena seharusnya dia bisa mengambil lebih banyak supaya lebih beruntung. Orang yang tidak mengambil sama sekali akan merasa sangat merugi setelah mengetahui apa yang dia tinggalkan ternyata adalah sesuatu yang menguntungkan. Dan orang yang penyesalanya mendalam ialah ia yang tidak mau menuruti perintah hanya karena ikut-ikutan." Semua murid mencerna baik-baik nasihat kyai. Lalu, beliau melanjutkan,"Begitulah amal ibadah yang kita kerjakan di dunia. Terasa memberatkan dan menyusahkan. Tapi akan sangat berguna ketika kita sudah di akhirat nanti, in syaa Allah." Mendapat pelajaran tersebut, semua murid tersenyum juga bertekad untuk beribadah dengan sungguh-sungguh dan berusaha maksimal dalam urusan dunia.

    Wallahua'lam. Semoga bermanfaat. Mohon maaf apabila terdapat kesamaan nama, tempat, dan kejadian. [NS]

Komentar

Postingan Populer