Bersyukur Sebanyak-banyaknya

Assalaamu'alaykum, ukhsis/akhbro!

Moga kita semua senantiasa berada dalam rahmat dan hidayahNya, aamiin. Ok, well, sesungguhnya tulisan ini merupakan hutang di ig he he maafkeun 🙏..

Yap, aku mau sharing tentang bersyukur. Kenapa aku sharing ttg.bersyukur ini? Bukan kok.. Bukan karena aku udah bisa disebut sebagai hamba yg bersyukur, melainkan hidup ini sebagian besar memang pada dasarnya tentang bersyukur. Sebagiannya lagi apa? Yaps, sebagiannya lagi tentang menikah (karena menikah ialah separuh jiwa yg menyempurnakan separuh agama)  *okesip, kita skip* 😎.

Banyak banget, ukhsis/akhbro, nikmat yg Allah berikan buat kita tapiii masih aja kita ingkari nih. Astaghfirullaah.. Nah..yuk kita sedikit throwback ke kisah Nabi Sulaiman 'alaihi salam. Ketika Nabi Sulaiman 'alaihi salam. mendapatkan puncak kenikmatan dunia, beliau berkata,“Ini adalah bagian dari karunia Allah, untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau kufur.” (An-Naml: 40). Sebaliknya, saat Qarun mendapatkan harta yang sangat banyak, dia mengatakan, “Sesungguhnya harta kekayaan ini, tidak lain kecuali dari hasil kehebatan ilmuku.” (Al-Qashash: 78).

Dua kisah yang bertolak belakang di atas menghasilkan akhir kesudahan yang berbeda. Nabi Sulaiman 'alaihi salam mendapatkan karunia di dunia dan akhirat. Sedangkan Qarun mendapat adzab di dunia dan akhirat karena kekufurannya akan nikmat Allah.
Demikianlah, fragmen hidup manusia tidak terlepas dari dua golongan tersebut. Golongan pertama, manusia yang mendapatkan nikmat Allah dan mereka mensyukurinya dengan sepenuh hati. Dan golongan kedua, manusia yang mendapatkan banyak nikmat lalu mereka kufur. Golongan pertama yaitu para nabi, shidiqqin, zullada, dan shalihin (An-Nisa’: 69-70). Golongan kedua, mereka inilah para penentang kebenaran, seperti Namrud, Fir’aun, Qarun, Abu Lahab, Abu Jahal, dan para pengikut mereka dari masa ke masa.

Tentunya, kita mau banget jadi orang yang termasuk dalam golongan pertama. Nah..tapi apa aja sih syarat-syarat/rukun dari bersyukur itu? Apakah kita sejauh ini sudah bisa disebut sebagai hamba yang bersyukur? Yuk, kita bahas bareng2. Bismillaah..

Para ulama menyebutkan bahwa rukun syukur itu ada tiga, yaitu 1. I’tiraaf (mengakui), 2. Tahaddust (menyebutkan), dan 3. Taat.
  1. Al-I’tiraaf (Mengakui)

Mengakui kalo semua nikmat yg kita terima datangnya dari Allah 'azza wa jalla itu jadi suatu prinsip yang sangat penting loh, ukhsis/akhbro, karena sikap ini muncul dari ketawadhuan seseorang. Sebaliknya, kalo seseorang ndak mengakui nikmat itu bersumber dari Allah, maka merekalah orang-orang takabur. Tiada daya dan kekuatan kecuali bersumber dari Allah saja. “Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah dialah yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.” (Fathir: 15)

Dalam kehidupan modern zaman now, orang-orang sekular menyandarkan segala sesuatunya pada kemampuan dirinya dan mereka sangat menyakini bahwa kemampuannya dapat menyelesaikan segala masalah hidup. Mereka sangat bangga terhadap capaian yang telah diraih dari peradaban dunia, seolah-olah itu adalah hasil kehebatan ilmu dan keahlian mereka. Pola pikir ini sama dengan pola pikir para pendahulu mereka seperti Qarun dan sejenisnya. “Sesungguhnya harta kekayaan ini, tidak lain kecuali dari hasil kehebatan ilmuku.” (Al-Qashash: 78)

I’tiraaf adalah suatu bentuk pengakuan yang tulus dari orang-orang beriman bahwa Allah itu ada, berkehendak dan kekuasaannya meliputi langit dan bumi. Semua makhluk Allah tidak ada yang dapat lepas dari iradah (kehendak) dan qudrah (kekuasaan) Allah.

     2. At-Tahadduts (Menyebutkan)

“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, Maka hendaklah kamu siarkan.” (Ad-Duhaa: 11)
Abi Nadhrah berkata, “Dahulu umat Islam melihat bahwa di antara bentuk syukur nikmat yaitu mengucapkannya.” Rasul sholallahu'alaihiwasallam bersabda, “Tidak bersyukur kepada Allah orang yang tidak berterima kasih pada manusia.” (Abu Dawud dan At-Tirmidzi). Berkata Al-Hasan bin Ali, “Jika Anda melakukan (mendapatkan) kebaikan, maka ceritakan kepada temanmu.” Berkata Ibnu Ishak, “Sesuatu yang datang padamu dari Allah berupa kenikmatan dan kemuliaan kenabian, maka ceritakan dan dakwahkan kepada manusia.”

Orang beriman minimal mengucapkan hamdalah (alhamdulillah) ketika mendapatkan kenikmatan sebagai refleksi syukur kepada Allah. Demikianlah betapa pentingnya hamdalah, dan Allah mengajari pada hamba-Nya dengan mengulang-ulang ungkapan alhamdulillah dalam Al-Qur’an dalam mengawali ayat-ayat-Nya. Bahkan dalam setiap rakaat sholat yang kita tunaikan, diwajibkan membaca surah Al-Fatihah.

Sedangkan ungkapan minimal yang harus diucapkan orang beriman, ketika mendapatkan kebaikan melalui perantaraan manusia, mengucapkan pujian dan do’a, misalnya, jazaakallah khairan (semoga Allah membalas kebaikanmu). Disebutkan dalam hadits Bukhari dan Muslim dari Anas r.a., bahwa kaum Muhajirin berkata pada Rasulullah sholallahu'alaihiwasallam, ”Wahai Rasulullah sholallahu'alaihiwasallam, orang Anshar memborong semua pahala.” Rasul sholallahu'alaihiwasallam bersabda, ”Tidak, selagi kamu mendoakan dan memuji kebaikan mereka.”

Dan ucapan syukur yang paling puncak ketika kita menyampaikan kenikmatan yang paling puncak yaitu Islam, dengan cara mendakwahkan kepada manusia.

     3. At-Tha’ah (Taat)

Allah menyebutkan bahwa para nabi adalah hamba-hamba Allah yang paling bersyukur dengan melaksanakan puncak ketaatan dan pengorbanan. Dan contoh-contoh tersebut sangat tampak pada lima rasul utama: Nabi Nuh 'alaihi salam, Nabi Ibrahim 'alaihi salam, Nabi Musa 'alaihi salam, Nabi Isa 'alaihi salam, dan Nabi Muhammad sholallahu'alaihiwasallam. Allah 'azza wa jalla menyebutkan tentang Nuh 'alaihi salam,Sesungguhnya dia (Nuh 'alaihi salam) adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur.” (Al-Israa: 3)

Dan lihatlah bagaimana Aisyah radiallahu'anhu menceritakan tentang ketaatan Rasulullah sholallahu'alaihiwasallam. Suatu saat Rasulullah sholallahu'alaihiwasallam melakukan shalat malam sehingga kakinya bengkak. Berkata Aisyah radiallahu'anhu, ”Engkau melakukan ini, padahal Allah telah mengampuni dosa yang lalu dan yang akan datang.” Berkata Rasulullah sholallahu'alaihiwasallam, “Tidak bolehkah aku menjadi hamba yang bersyukur?“ (HR. Muslim).

Nah..jadi yaa, ukhsis/akhbro, kalo kita selama ini dikasih banyak nikmat (sehat, harta, Islam, bahkan iman) tapi belum dipakai dalam rangka ketaatan kepada Allah, BERHATI-HATILAH! Keimanan kita diragukan, bahkan status sebagai hamba bersyukur bisa jadi tidak melekat pada kita, astaghfirullaah 😭

Yuk, mumpung masih Allah kasih kesempatan, kita bertaubat, perbaiki kesalahan menuju ketaatan dengan semaksimal ikhtiar. Moga kita bisa jadi hambaNya yang bersyukur. Wallahua'alam..

















Komentar

Postingan Populer